Istilah “Cloud Computing” mungkin masih asing dan belum banyak di dengar dalam berbagai media, karena memang masih tergolong istilah baru yang meski sebenarnya konsepnya sudah berlangsung lama. Cloud yang secara bahasa berarti awan. Dalam dunia IT, awan ini adalah sebuah internet. Cloud computing itu sendiri adalah sebuah paradigma komputasi di mana kapabilitas IT disediakan sebagai layanan berbasis internet. Akan tetapi, perkembangannya sangat luar biasa, karena perusahaan-perusahaan besar di bidang IT pun sekarang fokus ke hal ini. Bahkan Microsoft belum lama ini mengumumkan akan segera menyiapkan sistem terbarunya, Windows 7, yang sangat mendukung cloud computing, meskipun belum menjanjikan kapan beredarnya. Apa sebenarnya cloud computing itu?
Cloud adalah awan, sebagai gambaran Internet, yang bagi user, tidak perlu tahu ada di mana. Yang penting bagi user adalah dapat terhubung ke Internet. Entah melalui jaringan telpon, jaringan kabel, jaringan hotspot, jaringan seluler, atau melalui warnet, yang penting terhubung ke Internet dengan koneksi yang (kalau bisa) cepat dan gratis. Sedangkan computing (komputasi) adalah berbagai pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan perangkat komputer (termasuk ponsel, palmtop, dan perangkat lain). Jadi ringkasnya, cloud computing adalah kegiatan komputasi berbasis Internet.
Apa bedanya dengan pemakaian komputer biasa selama ini? Pada pemakaian komputer biasa, diperlukan sistem operasi dan program aplikasi. Sistem operasi sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih sistem operasi MS Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis Windows. Demikian juga kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan sebagainya. Padahal memilih sistem operasi sendiri sering membuat user pusing, mau yang gratisan, atau yang berbayar? Program aplikasi harus dipasang di komputer sesudah sistem operasi terpasang. Untuk aplikasi berbasis DOS, relatif gampang, karena tidak perlu diinstal. Asal dikopi ke komputer, sudah siap dijalankan. Aplikasi ini sering disebut dengan stand alone software, karena tidak dapat dijalankan bersamaan dengan program lain. Keuntungannya, bila akan dijalankan di komputer lain, tinggal disalin saja, selesai. Tapi kalau sistemnya berbasis grafis dan multitasking (seperti MS Windows), program harus diinstal dulu. Kalau komputer lain diinginkan untuk menjalankan aplikasi tersebut, harus diisi dengan proses instal lagi, tidak bisa hanya dengan disalin seperti pada sistem DOS. Program seperti ini disebut dengan desktop application. Keunggulannya, dapat berjalan bersamaan dengan pro-gram lain. Kelemahannya, kalau ada program versi baru, harus beli lagi, instal lagi. Sebetulnya hal ini juga berlaku untuk program-program berbasis DOS.
Para perancang program lalu mengembangkan program komputer berbasis Internet (web-based application), yaitu aplikasi yang berbasis Internet. Namun aplikasi ini masih harus dipasang di salah satu komputer server dan dapat dipakai di jaringan lokal, meskipun bisa juga diakses dari luar jaringan lokal. Yang paling sering dijumpai adalah sistem informasi akademik di perguruan tinggi atau sistem transaksi di perusahaan. Kalau ada perubahan, program di server dan datanya harus diinstal ulang atau disesuaikan.
Lahirnya Cloud Computing
Namun para pemakai masih merasakan ketidakpraktisan dengan program-program web-based, maka kini diciptakanlah suatu terobosan baru, yaitu cloud computing. Aplikasi yang ada di cloud computing tidak tergantung pada sistem operasi yang digunakan oleh pemakai (jadi boleh saja memakai Linux, Mac OS, MS Windows, bahkan sistem operasi PDA atau ponsel). Yang penting, user dapat mengakses Internet, menuju ke alamat atau situs tertentu, untuk menjalankan program yang dia perlukan.
Contoh yang paling mudah dijumpai adalah aplikasi Google (di alamat www.google.com/apps) yang di antaranya terdiri atas organiser (pengelola data relasi, jadwal atau kalender, dan email) dan aplikasi bisnis (pengolah kata, pengolah angka, dan program presentasi). Aplikasi tersebut selain gratis, juga selalu diperbarui oleh pembuatnya. Pemakai tidak perlu membayar apapun, kecuali kalau membutuhkan fitur-fitur yang lebih bagus.
Bukan informasi saja
Cloud computing sebenarnya bukan fenomena baru, serta lajunya tak tertahankan. Internet bukan lagi cuma memberi informasi kepada para pengguna. Piranti lunak lengkap dan sistem operasional juga tersedia secara online. Dengan kata lain, internet dan semua yang terkait dengannya, menjadi terminal pusat pengaturan peralatan rumah tangga termasuk gas dan listrik. Pakar Teknologi Informasi, Stevan Greve: “Yang dilakukan, tidak lain, mengirim semua yang dibutuhkan ke terminal yang ada di rumah anda. Untuk itu dibutuhkan sambungan cepat. Karena itu di masa kini, semuanya berjalan lewat internet.” Sambungan internet cepat menghubungkan antara peralatan rumah tangga sederhana dan sejumlah kecil super komputer yang bisa saja berada di berbagai penjuru dunia. Pelanggan tanpa perlu membeli atau menginstalasi program, tetap dapat menggunakannya. Syarat utama, pengguna harus memiliki sambungan serat optik. Sebab hanya kabel tersebut yang secara sempurna menerima dan mengirim data, supaya komputer tidak berjalan pelan.
Murah dan Menguntungkan
Trend sesungguhnya dari komputansi awan justru terjadi pada perusahaan. Mereka tiap tahun dipusingkan pengeluaran besar untuk membeli piranti keras dan lunak. Bila cukup membeli satu terminal, bukan saja lebih murah, tapi juga perlengkapan yang simpel lebih tahan lama. Namun mengapa konsep ini bernama komputasi awan atau cloud computing? Kembali Stefan Greve: “Internet bisa dianggap awan besar. Awan berisi komputer yang semuanya saling tersambung. Dari situlah berasal istilah ‘cloud’. Jadi semuanya disambungkan ke ‘cloud’, atau awan itu.” Konsumen kian untung dan sekedar membutuhkan ruang kecil di bawah meja. Sementara komputer induk memerlukan perawatan berkala saja dan pengamanan jauh lebih ringan serta murah. Tak perlu repot melakukan update pemindai virus dan lain sebagainya. Semuanya sudah termasuk abonemen. Juga tidak ketinggalan, komputasi awan ramah lingkungan, ungkap Stefan Greve. “Pada umumnya, komputer di rumah meniupkan udara panas. Udara panas itu berasal dari energi. Energi dibutuhkan supaya komputer bisa nyala. Tapi kebanyakan energi itu menjadi udara panas. Dengan ‘cloud computing’, sebuah komputer pusat, maka di rumah dibutuhkan lebih sedikit listrik, jadi sangat menghemat.”
Ngadat
Sisi minus terbesar sistem, dialami pengguna individu rumah. Jika internet macet, misalnya penyedia jasa kelebihan beban, maka komputer ikut ngadat. Artinya, bukan saja tidak bisa internetan, tetapi komputer sama sekali tak bisa dipakai. Bagi pengguna besar seperti perusahaan, yang kebanyakan karena alasan keamanan, memiliki akses ke lebih dari satu penyedia jasa internet, masalah ini tidak begitu menyulitkan. Sistem operasi Windows menghasilkan jutaan Euro bagi Microsoft. Mereka sejak lama mencoba mendalami fenomena komputasi awan dan tidak mau tergesa-gesa. Namun bebrapa waktu yang lalu, direktur Steve Ballmer mengumumkan perusahaannya dalam waktu satu bulan bakal meluncurkan Windows Cloud. sendiri adalah sebuah paradigma komputasi di mana kapabilitas IT disediakan sebagai layanan berbasis internet.
source : Kedaulatan Rakyat Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar